Pengertiansriwijaya adalah Kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja,Thailand Selatan, Semenajung Malaya ,Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.Dalam bahasa Sankskerta, Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". ". Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah
Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan kerajaan sriwijaya - Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar di Asia Tenggara yang berdiri sekitar abad ke-7 hingga abad ke-13. Kekuasaan Sriwijaya sangat berpengaruh dalam perkembangan sejarah dan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara pada masa itu. Beberapa pengaruh dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya antara lainKepemimpinan maritim Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kekuatan maritim yang sangat kuat pada masa itu. Kekuasaan maritim ini memungkinkan kerajaan untuk mengendalikan perdagangan laut di wilayah Asia Tenggara dan menjadi pusat perdagangan antara India, Tiongkok, dan negara-negara di wilayah agama Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha yang memiliki pengaruh besar dalam penyebaran agama Buddha di wilayah Asia Tenggara. Kerajaan ini menjadi pusat pengajaran agama Buddha dan memainkan peran penting dalam perkembangan seni dan budaya Buddha di wilayah politik Kekuasaan politik Kerajaan Sriwijaya juga sangat besar. Kerajaan ini mampu mengendalikan beberapa wilayah di Asia Tenggara dan menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, bagian dari Kalimantan, dan wilayah-wilayah kecil di Filipina dan Thailand. Wilayah kekuasaan ini membentang dari Teluk Benggala di timur hingga Selat Malaka di barat dan dari Pegunungan Barisan di utara hingga Kepulauan Natuna di Sriwijaya didasarkan pada sistem pemerintahan monarki yang dipimpin oleh seorang raja atau Maharaja. Kekuasaan ini juga didukung oleh sistem perdagangan yang maju dan kekuatan militer yang wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada saat itu didasarkan pada beberapa faktor, seperti kekuatan militer yang kuat, sistem perdagangan maritim yang maju, dan kepemimpinan yang efektif. Kerajaan Sriwijaya juga mampu mengembangkan jaringan kerja sama dan aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain di wilayah Asia Tenggara untuk memperkuat pengaruh dan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, bagian dari Kalimantan, dan wilayah-wilayah kecil di Filipina dan Thailand. Wilayah kekuasaan ini membentang dari Teluk Benggala di timur hingga Selat Malaka di barat dan dari Pegunungan Barisan di utara hingga Kepulauan Natuna di Sriwijaya memiliki beberapa raja yang berkuasa selama masa kejayaannya. Beberapa raja terkenal dari Kerajaan Sriwijaya antara lainDapunta Hyang Sri Jayanasa abad ke-7 Raja pertama Sriwijaya yang terkenal sebagai pendiri kerajaan Indrawarman abad ke-7-8 Raja Sriwijaya yang dikenal sebagai penguasa besar dengan kebijaksanaan dalam menjalin hubungan dengan negara-negara abad ke-9 Raja Sriwijaya yang terkenal sebagai tokoh penting dalam sejarah kebudayaan abad ke-10 Raja Sriwijaya yang terkenal karena kebijaksanaannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Udayadityavarman II abad ke-11-12 Raja Sriwijaya yang terkenal karena kebijaksanaannya dalam mengelola pemerintahan dan meningkatkan kemakmuran prasasti tertua yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya adalah Prasasti Kedukan Bukit, yang ditemukan di Sumatera Selatan pada tahun 1920. Prasasti ini berasal dari tahun 683 Masehi dan berisi tentang sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya serta raja yang memerintah pada masa itu. Prasasti ini juga menyebutkan tentang perdagangan dan hubungan kerja sama dengan negara-negara tetangga, serta kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh raja pada saat itu. Prasasti Kedukan Bukit dianggap sebagai salah satu sumber sejarah tertua dan penting tentang Kerajaan Sriwijaya.KerajaanIslam di Indonesia - Kerajaan Islam di Indonesia mulai berdiri sejak abad ke-13. Berbagai kerajaan tersebut mulai muncul karena pada saat itu kerajaan Sriwijaya sedang mengalami masa keruntuhan. Kemudian dimasa itulah mulai berdirinya beberapa kerajaan Islam di daerah pesisir Pulau Sumatera. Berita tersebut pun diketahui dari catatan
Kerajaan Sriwijaya bermula dari daerah pantai timur Sumatra yang telah menjadi jalur perdagangan ramai dan banyak dikunjungi para pedagang India dari sekitar awal tahun masehi. Karena keadaan tersebut, mulai bermunculan pusat-pusat perdagangan pula di sekitar sana. Lambat laun, pusat-pusat perdagangan tersebut berkembang menjadi kerajaan-kerajaan kecil di sekitar abad ke-7 masehi. Beberapa kerajaan kecil tersebut antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Di antara ketiga Kerajaan tersebut yang berhasil berkembang hingga masa kejayaannya adalah Sriwijaya. Sebetulnya, kerajaan Melayu juga sempat berkembang pesat di Jambi, namun berhasil ditaklukkan oleh Sriwijaya. Letak Kerajaan Sriwijaya Letak geografis kerajaan Sriwijaya diperkirakan terdapat di Palembang. Namun, ada pula yang berpendapat di Jambi, bahkan di luar Indonesia. Meskipun begitu, pendapat yang paling banyak didukung oleh para ahli sejarah adalah bahwa lokasi Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Ada juga yang berpendapat bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim dan tidak memiliki sistem ketatanegaraan yang formal. Mereka lebih memilih untuk terus mengawasi kekuasaannya di laut dan tidak terlalu memperhatikan pusat pemerintahan di darat. Sehingga, pendapat tersebut menyatakan bahwa kerajaan ini adalah kerajaan nomaden selalu berpindah-pindah dan tidak memiliki lokasi pusat pemerintahan yang tetap. Namun hingga saat ini hasil penelitian yang paling banyak mendapat dukungan menunjukkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya adalah di Palembang. Hanya saja, ketika pusat kerajaan tersebut mengalami kemunduran, pusat pemerintahan Sriwijaya pindah ke Jambi. Berikut adalah gambar peta lokasi kerajaan sriwijaya. Gambar peta lokasi letak geografis Kerajaan Kekuasaan Sriwijaya Sriwijaya berpusat di antara Sumatera Selatan, sebagian Malaysia, dan sebagian besar pulau Jawa. Ketika berjaya, daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sangatlah luas bahkan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimatan, dan Sulawesi. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Saptika 2011, hlm. 33 yang mengatakan bahwa Sriwijaya adalah salah satu Kemaharajaan maritim yang kuat di Pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Salah satu sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah prasasti-prasasti yang banyak ditemukan di sekitar wilayah Sumatera bagian selatan. Selain itu terdapat pula beberapa prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, bahkan di mancanegara. Berikut adalah pemaparannya. Prasasti Kerajaan Sriwijaya Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ditulis menggunakan aksara palawa dalam bahasa Sanskerta. Sebagian prasasti ditulis dalam bahasa Melayu Kuno. Beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebut adalah sebagai berikut. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka 683 M. Isinya antara lain menerangkan bahwa seseorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci atau disebut dengan siddhayatra dengan menggunakan perahu. Disebutkan bahwa Ia berangkat dari Minangtamwan dengan membawa pasukan sejumlah personel. Gambar Prasasti Kedukan Bukit Utomo, 2010.Kemungkinan “Minangtamwan” adalah “Minanga Tamwan” yang berarti daerah yang terletak di antara dua sungai besar yang bertemu. Poerbatjaraka & Soekmono mengungkapkan bahwa Minanga terletak di hulu Sungai Kampar, tepatnya di pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Poerbatjaraka juga mengatakan bahwa kata Minangatamwan bisa jadi merupakan nama lama dari Minangkabau. Sementara itu, Buchari berpendapat bahwa Minanga berada di hulu Batang Kuantan. Prasasti Talang Tuo Diberi nama Prasasti Talang Tuo karena ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka atau setara dengan 684 masehi. Prasasti ini berhuruf Pallawa namun berbahasa Melayu Kuno. Prasasti Talang TuoIsinya menyebutkan mengenai pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra, atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayagana, untuk kemakmuran semua makhluk. Selain itu terdapat pula doa dan harapan yang menunjukkan sifat agama Buddha. Prasasti Telaga Batu Prasasti ditemukan di kolam Telaga Biru tidak jauh dari Sabokingking, Kota Palembang. Prasasti ini tidak bertarikh atau tidak dituliskan angka tahun pembuatannya. Diperkirakan prasasti ini berasal dari tahun yang sama dengan prasasti Kota Kapur, yakni sekitar 686 M. Prasasti Telaga Batu Utomo, 2010.Isinya mengenai kutukan-kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak mengikuti peraturan Kerajaan atau perintah raja. Prasasti ini juga memuat data-data mengenai penyusunan ketatanegaraan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur Prasasti Kota Kapur ditemukan di desa Penangan, Mendo Barat, Pulau Bangka. Bertarikh berangka tahun 608 Saka 656 M. Coedes 2014, hlm. 65 menduga bahwa material batu prasasti ini didatangkan dari luar, karena jenis batunya tidak terdapat di Pulau Bangka. Prasasti Kota Kapur Kemdikbud, 2019Isi utamanya adalah permintaan kepada para Dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya. Prasasti ini juga berisi kutukan-kutukan terhadap mereka yang berbuat jahat, tidak tunduk kepada raja atau tidak patuh terhadap Kerajaan akan celaka. Keterangan penting lain adalah terdapat catatan usaha Sriwijaya untuk menaklukkan “bumi Jawa” yang belum tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Karang Berahi Prasasti Karang Berahi ditemukan di Desa Karang Berahi, Jambi. Prasasti ini berangka tahun 608 saka atau setara dengan 686 masehi. Isinya kurang lebih mirip dengan Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Biru, yakni kutukan bagi yang tidak tunduk kepada Sriwijaya. Gambar peninggalan kerjaan sriwijaya prasasti karang berahiSumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya di Luar Indonesia Selain prasasti yang ditemukan di Indonesia, beberapa prasasti yang lain juga ditemukan di luar Indonesia. Misalnya, Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti Nalanda tidak berangka ditemukan di India Timur. Prasasti Tanjore India Prasasti Tanjaore ditemukan di India, dalam prasasti ini disebutkan bahwa pada tahun 1017 pasukannya menyerang kerajaan Swarnabhumi Sumatera; Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1025, rajanya yang bernama Sanggramawijaya Tunggawarman berhasil ditawan oleh pasukan Cola, tetapi akhirnya Sanggramawijaya dilepaskan. Prasasti Srilanka Seeperti penamaannya, prasasti ini ditemukan di Srinlanka, dan diperkirakan berasal dari abad XII. Isinya menyebutkan bahwa Suryanaraya dari wangsa Malayupura dinobatkan sebagai maharaja di Suwarnapura Sriwijaya. Pangeran Suryanarayana menundukkan Manabhramana. Berita Cina mengenai Sriwijaya Di samping prasasti-prasasti tersebut, berita Cina juga merupakan sumber sejarah Sriwijaya yang penting. Misalnya berita dari I-tsing, yang pernah tinggal di Sriwijaya. Setelah berlayar selama 20 hari dari Guangzhou, I-Tsing tiba di Fo-tsi Sriwijaya pada tahun 651 M. Ia tinggal dan belajar di Sriwijaya selama enam bulan. Raja Sriwijaya membantunya untuk sampai ke Melayu dan I-Tsing tinggal di sana selama dua bulan. Sumber Cina yang lain menyebutkan pada tahun 1156 raja Srimaharaja mengirim utusan ke Cina, hal serupa juga terulang pada tahun 1178. Kronik Dinasti Sung Tahun 988 M, datang seorang utusan dari Fo-tsi Sriwijaya di Cina. Setelah tinggal selama dua tahun di Cina, ia pergi ke Kanton dan mendengar bahwa negaranya diserang She-po. Maka, ia terpaksa tinggal setahun lagi di Cina. Pada tahun 992 M, ia berlayar kembali ke Campa, tetapi karena tidak ada kabar apa pun tentang negerinya, ia kembali ke Cina dan meminta perlindungan kaisar Cina. Perkembangan Kerajaan Sriwijaya Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan ini berkembang. Faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Sriwijaya berkembang di antaranya adalah sebagai berikut. Letak geografis dari Kota Palembang. Di depan muara sungai Musi terdapat pulau-pulau yang dapat berfungsi sebagai pelindung, sehingga ideal untuk kegiatan pertahanan dan pemerintahan. Lokasi ini juga merupakan jalur perdagangan internasional terutama dari India dan Cina. Sungai besar, peran laut juga cocok untuk penduduknya yang telah memiliki bakat sebagai pelaut ulung. Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam. Kamboja telah menaklukan Funan di Vietnam, sehingga memberikan kesempatan bagi Kerajaan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim. Sementara itu, keadaan politik dan pemerintahannya secara umum akan dijelaskan pada uraian di bawah ini. Perkembangan Politik dan Pemerintahan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7 M. Pada awal perkembangannya raja disebut sebagai Dapunta Hyang Prasasti Kedukan Bukit dan talang Tuo. Dapunta Hyang secara terus-menerus melakukan usaha perluasan daerah kekuasaan Sriwijaya. Berikut adalah runutan penguasaannya. Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung. Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat penting artinya bagi usaha pengembangan perdagangan dengan India. Menurut I-tsing, penaklukan Sriwijaya atas Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M. Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasiona. Daerah ini dapat dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M berdasarkan prasasti Kota Kapur. Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini memiliki kedudukan yang penting untuk memperlancar perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-kira tahun 686 M Prasasti Karang Berahi. Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara Semenanjung Melayu. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra dapat diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M. Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut berita Cina, diterangkan adanya serangan dari barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan serangan adalah Sriwijaya. Semua penguasaan tersebut berdasarkan jalur perdagangan yang dianggap penting untuk mengembangkan perekonomian maritim Kerajaan Sriwijaya. Berkat perluasaan daerah tersebut, Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M Sriwijaya membangun pangkalan kerajaan di daerah Ligor atas perintah raja Darmasetra. Kehidupan Agama Sriwijaya Kehidupan beragama di Sriwijaya sangatlah kuat dan semarak. Bahkan Sriwijaya berhasil menjadi pusat agama Buddha Mahayana di kawasan Asia Tenggara. I-tsing dalam catatannya menceritakan bahwa ribuan pelajar dan pendeta agama Buddha tinggal di Sriwijaya. Salah satu pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti. Banyak pelajar asing yang sengaja datang ke Sriwijaya untuk mempelajari bahasa Sanskerta. Antara tahun 1011-1023 sempat datang seorang pendeta agama Buddha dari Tibet yang bernama Atisa untuk memperdalam pengetahuan agamanya. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berhubungan dengan perkembangan agama meliputi Candi Muara Takus, ditemukan di dekat Sungai Kampar di daerah Riau; Arca Buddha, ditemukan di daerah Bukit Siguntang; Wihara Nagipattana, dibangun oleh Sriwijaya di Nagipattana, India Selatan. Suatu ketika Raja Balaputra menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputradewa, sebagai “dharma”. Hal itu tercatat dengan baik dalam prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya. Hal itu juga sesuai dengan pendapat Prasetya 2010, hlm. 32 yang mengungkapkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar penganut agama Buddha yang telah mengembangkan iklim kondusif untuk perkembangan agama Budha. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya Awalnya, penduduk Sriwijaya kebanyakan hidup dengan bertani. Akan tetapi, karena lokasi Sriwijaya yang terletak di tepi Sungai Musi yang terhubung ke pantai, perdagangan menjadi cepat berkembang. Kemudian, perdagangan akhirnya menjadi mata pencaharian pokok Sriwijaya. Perkembangan perdagangan itu tentunya dipicu oleh letak geografis Kerajaan Sriwijaya yang strategis. Letaknya tepat berada di persimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang Cina yang berlayar menuju India akan singgah terlebih dahulu di Sriwijaya, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Kerajaan ini juga mulai menguasai jalur perdagangan nasional maupun internasional. Jalur perdagangan Sriwijaya membentang dari Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa hingga ke Asia Tenggara yang merupakan jalur perdagangan internasional antara India dan Cina. Selain mendapatkan keuntungan langsung dari perdagangan, Sriwijaya juga mendapatkan keunggulan tidak langsungnya. Kapal-kapal yang singgah dan melakukan bongkar muat diharuskan untuk membayar pajak. Hal tersebut tentunya menambah kemakmuran bagi Kerajaan ini. Hasil budaya kerajaan Sriwijaya meliputi gading, kulit, beberapa jenis binatang liar untuk kepentingan ekspor. Sementara itu mereka cenderung banyak mengimpor beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang. Silsilah Kerajaan Sriwijaya Silsilah dinasti dan raja-raja dari kerajaan Sriwijaya secara berututan adalah sebagai berikut. Dapunta Hyang Sri Jayanasa 683 M Diperkirakan merupakan pendiri Kerajaan Sriwijaya, disebutkan dalam Prasasti Keduka Bukit, Talang Tuo, dan Kota Kapur. Raja menaklukkan Kerajaan Melayu dan Tarumanegara dalam masa pemerintahannya. Indravarman 702 MIndravarman sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 702-716 M, dan 724M. Rudra Vikraman / Lieou-t`eng-wei-kong 728 M Rudra Vikraman sempat mengirim utusan ke Tiongkok pada tahun 728-748M. Dharmasetu 790 M Sangramadhananjaya / Wisnu/ Vishnu 775 M Selamakepemimpinannya, Raja yang membawa Sriwijaya menaklukkan Kamboja Selatan. Samaratungga 792 MSriwijaya gagal mempertahankan kekuasaan di Kamboja Selatan pada tahun 802 M. Balaputra Sri Kaluhunan Balaputradewa 835MRaja yang membawa Kerajaan Sriwijaya ke masa keemasannya. Ia juga memerintahkan pembuatan biara untuk Kerajaan Cola di India dan meninggalkan Prasasti Nalanda. Sri Udayadityawarman 960 M Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 960 M. Sri Wuja atau Sri Udayadityan 961 MMengirimkan utusan ke Tiongkok pada 961-962 M. Hsiae-she 980 MSelama kepemimpinannya, Raja Hsiae-she mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 980-983 Sri Cudamaniwarmadewa 988 M Saat Sriwijaya dibawah kekuasaannya, terjadi penyerangan dari Jawa. Sri Marawijayottunggawarman 1008 M Selama kepemimpinannya sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 1008 Sumatrabhumi 1017 M Pada masa kekuasaannya, Raja Sumatrabhumi mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 1017 Sri Sanggramawijayottunggawarman 1025 Sempat ditaklukan dan ditawan oleh Kerajaan Cola dari India, kemudian dilepaskan. Sri Deva 1028 M Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1028 M. Dharmavira 1064 M Sri Maharaja 1156 M Pernah mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1156 M. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva 1178 M Pada masa kekuasaannya mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1178 M. Pada tahun 1402 pangeran terakhir dari Kerajaan Sriwijaya, yakni Parameswara mendirikan Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya Nama raja kerajaan Sriwijaya yang paling terkenal adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai masa kejayaan atau zaman keemasan. Ia berhasil menumbuhkan perekonomian kerajaan ini dan memperluas kekuasaan Sriwijaya hingga ke pulau di luar Indonesia. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa merupakan seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa. Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya Faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh kerajaan yang terlalu bergantung pada kehidupan perdagangan laut, sistem ketatanegaraan yang tidak tertata dengan baik, dan kondisi kekuasaan wilayah darat yang kurang diperhatikan akibat terlalu sibuk mengembangkan kelautan. Beberapa faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya lainnya Kemdikbud, 2017, hlm. 109 meliputi Keadaan alam sekitar Sriwijaya yang berubah, tidak dekat lagi dengan pantai. Hal tersebut disebabkan perubahaan aliran sungai Musi, Ogan, dan Komering membawa banyak lumpur sehingga tidak kondusif untuk perdagangan. Banyak daerah kekuasaan yang memerdekakan diri dari Sriwijaya. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan menjadi semakin sulit. Sriwijaya mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Utamanya, serangan yang diluncurkan oleh Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala pada tahun 1017 M dan 1024 M. Kemudian tahun 1275 Kartanegara dari Singhasari melakukan ekspedisi Pamalayu yang menyebabkan daerah Melayu lepas dari genggaman Sriwijaya. Puncaknya keruntuhan kerajaan ini adalah pada tahun 1377, ketika armada laut dari Kerajaan Majapahit menyerang dan berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Referensi Coedes, George. 2014. Kedatuan Sriwijaya kajian sumber prasasti dan arkeologi pilihan artikel. Depok Komunitas Bambu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Sejarah Indonesia. Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saptika. 2011. Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Jakarta Alfabeta.
KerajaanSriwijaya : Lokasi, Agama, Sejarah | dosenpintar.com. Soal: Buatlah Peta Daerah Pengaruh Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya - Penulis Cilik. Pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang Tak Terbantahkan | merdeka.com. Sejarah Kerajaan Sriwijaya Mulai Berdiri, Kejayaan, Keruntuhan "lengkap"
Jakarta - Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Budha yang berdiri sekitar abad ke-7 M. Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaan membentang dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, hingga Filipina, sebelum runtuh pada abad 13-14 M. Apa penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya?Kerajaan Sriwijaya berdiri dengan raja pertama Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada abad 9-10 M di bawah kepemimpinan Balaputradewa hingga Sri Marawijaya, seperti dikutip dari Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia oleh Situ Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM masa kejayaannya, Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan laut di Asia Tenggara. Tidak heran, wilayah kekuasaannya menjangkau area di luar Indonesia saat Sriwijaya pada masa kejayaan juga menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan antara India dan China. Maharaja Sriwijaya mendapat kekayaan dari barus, cengkih, cendana, pala, dan gajah. Kapal pengawal pedagang menjaga wilayah perdagangan dari orang yang singgah tanpa itu, secara kebudayaan, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pembelajaran Budha. Hal ini disebabkan karena wilayah kerajaan menjadi tempat perteuan pendeta India dan China yang berlayar. Sejumlah pendeta Budha kelak menjadi salah satu sumber sejarah keberadaan Kerajaan Sriwijaya, di antaranya yaitu I-Tsing, Sakyakirti, Dharmakirti, dan dengan JawaKendati makmur, raja-raja setelah generasi Sri Marawijaya disibukkan oleh peperangan dengan Jawa pada tahun 922 M dan 1016 Bea Masuk PelabuhanBea masuk ke pelabuhan dan kondisi politik di Asia Barat dan Asia Tengah mengakibatkan lesunya pelayaran di wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Bea masuk pelabuhan merupakan sumber perekonomian penting bagi Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, seperti dikutip dari Sejarah Islam Indonesia I oleh Prof. Dr. Ahwan Mukarrom, Kerajaan CholamandalaKerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran ketika diserang Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan Cholamandala, India. Penyerangan Cholamandala ke Sriwijaya terjadi dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M, disusul penawanan raja Sri Mahadewa Adi Seta dalam Mengenal Kerajaan-Kerajaan Besar Nusantara, penyerangan Cholamandala terhadap armada Kerajaan Sriwijaya disebabkan persaingan bidang perdagangan dan Wilayah KekuasaanPenyerangan oleh Kerajaan Cholamandala tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya lemah dan banyak daerahnya melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan. Sejumlah kekuatan di wilayah Kerajaan Sriwijaya pun mulai berani berekspansi ke luar nusantara, seperti Jambi yang mengirim utusan sendiri ke China pada SingasariEkspedisi Pamalayu dari Singasari, Jawa Timur terjadi pada 1275 M. Ekspedisi ini merupakan siasat untuk melemahkan kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya atas Selat Malaka dan daerah jajahannya. Di samping itu, ekspedisi ini merupakan alat Kerajaan Singasari untuk meluaskan wilayah kekuasaan ke China ke Asia TenggaraEkspansi China ke Asia Tenggara pada masa Kubilai Khan dari Mongol diteruskan oleh dinasti Ming. Ekspansi ini melemahkan kekuatan Kerajaan Sriwijaya yang semula berkuasa hingga Pengaruh IslamMenguatnya koloni muslim di daerah-daerah jajahan Kerajaan Sriwijaya membuat pengaruh kerajaan ini secara perdagangan dan budaya menurun. Salah satu daerah yang kuat terpengaruh kedatangan Islam, yaitu di Aceh separatisme darah-daerah jajahan Sriwijaya oleh koloni muslim kelak memicu kemunculan kerajaan-kerajaan kecil bercorak Islam. Contohnya, yakni berpisahnya Kerajaan Samudera Pasai di pesisir Timur Aceh hingga kelak menjadi kerajaan Islam pertama di Kerajaan Sriwijaya karena faktor-faktor di atas memudahkan penyerangan Kerajaan Majapahit pada kerajaan bercorak Budha tersebut. Nah, itu dia penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya. Selamat belajar, detikers! Simak Video "Momen Dalai Lama Minta Bocah Isap Lidahnya, Berujung Minta Maaf" [GambasVideo 20detik] twu/pay
KerajaanSriwijaya. S riwijaya (atau juga disebut Srivijaya) adalah salah satu kerajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Dalam bahasa Sansekerta, Sri berarti "bercahaya" dan wijaya
Hai, Quipperian! Kamu pasti sudah pernah mendengar nama kerajaan terkenal satu ini. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang berdiri pada abad ke-7 Masehi. Bahkan, pada masanya, Kerajaan ini menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur. Yuk, temukan informasi lebih dalam tentang kerajaan ini. Sebesar apa ya pengaruh kerajaan ini di masa lalu? Let’s check this out! Letak Kerajaan Sriwijaya Source Ada argumen tentang letak kerajaan. Pertama, diduga kerajaan ini terletak di Palembang. Ada pula yang menyebutkan bahwa kerajaan ini terletak di Jambi. Bisa jadi, karena corak kerajaan berupa kerajaan maritim, maka kerajaannya pun memiliki pusat kekuasaan yang berpindah-pindah. Akhirnya, lebih banyak diyakini bahwa lokasi Kerajaan Sriwijaya diperkirakan terletak di sekitar muara Sungai Musi, Sumatra Selatan. Lokasi ini sangat strategis, lho, karena merupakan daerah lintasan pelayaran serta perdagangan Asia Timur dan Asia Selatan. Letaknya ini membuat perdagangan berlangsung dengan ramai, hingga akhirnya menjadi kerajaan maritim terbesar di Nusantara dengan menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda. Tokoh Berpengaruh di Kerajaan Sriwijaya Source Meskipun terletak di Sumatra, kerajaan ini berhubungan erat dengan Jawa karena relasi raja-raja yang berkuasa. Pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Awalnya, sang raja sedang melakukan perjalanan suci yang disebut siddhayatra menggunakan perahu dengan membawa pasukan sebanyak hingga orang. Pada masa kepemimpinannya, ia berhasil mengembangkan kerajaan dari Sumatra hingga ke Semenanjung Malaysia. Pusat kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sempat berpindah ke Mataram, Jawa Tengah, pada kekuasaan Raja Dharanindra. Lalu, terdapat Raja Samaratungga, yang belum diketahui secara pasti apakah ia merupakan anak atau cucu dari Dharanindra. Raja Samaratungga tidak menyukai perang dan berfokus pada pemerintahan kerajaan. Pembangunan Candi Borobudur diselesaikan oleh Raja Samaratungga, lho! Pada masa kepemimpinan raja kesepuluh, Raja Balaputradewa, kerajaan ini berhasil meraih kejayaannya. Ia membawa kerajaan meninggalkan hubungan dengan Jawa dan lebih memilih berfokus pada perdagangan di Melayu. Kita mengetahui bahwa kerajaan ini telah melaksanakan perdagangan internasional. Nah, dalam perdagangan tersebut, rakyat sudah mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa perdagangan saat itu, yakni bahasa Melayu Kuno. Kehidupan di Era Kerajaan Sriwijaya Source Kita mengetahui bahwa Kerajaan Sriwijaya menguasai dua selat di Nusantara. Nah, kerajaan ini juga mampu menciptakan kapal-kapal canggih pada masa itu hingga dapat menguasai perdagangan rempah-rempah dunia selama setengah abad, Quipperian. Dengan status internasionalnya, enggak heran, ada banyak sekali negara yang berhubungan dengan kerajaan ini, misalnya China, India, Burma, Kamboja, Persia, Arab, dan Afrika. Wah, keren ya! Yang pasti, kegiatan pelayaran dan perdagangan ini dijaga dengan ketat oleh kerajaan dengan menyusun angkatan laut kerajaan. Dalam rangka memperluas wilayahnya, kerjaan ini melancarkan serangan pada kerajaan-kerajaan lain, di antaranya Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga Holing. Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran karena serangan dari kerajaan lain, seperti Kerajaan Dharmawangsa, Kerajaan Colamandala, Kerajaan Melayu, dan Kerajaan Singosari. Kerajaan-kerajaan kecil yang awalnya ada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya juga mulai melepaskan diri, pun ditinggalkan oleh para pedagang. Puncaknya, di hancurkan oleh serangan dari Kerajaan Majapahit di tahun 1337. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Dengan luas wilayah kerajaan yang tidak main-main, tidak heran peninggalan Kerajaan Sriwijaya pun tersebar sangat luas. Berikut beberapa peninggalan dari kerajaan ini 1. Prasasti Telaga Batu Source Prasasti ini berisikan dengan kutukan-kutukan bagi mereka yang menolak melakukan perintah dari raja, pengkhianat, hingga mata-mata dari kerajaan lain. 2. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti ini memiliki informasi tentang Raja Dapunta Hyang. 3. Prasasti Ligor Source Prasasti yang ditemukan di Thailand ini memiliki informasi tentang kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di Ligor. 4. Prasasti Nalanda Prasasti yang ditemukan di India ini mencatat nama Raja Balaputradewa sebagai raja yang mendukung kegiatan pembelajaran agama Buddha di India. 5. Candi Muara Takus Source Candi yang dibangun oleh Raja Sri Culamaniwarman ini ialah sebagai bentuk hadiah dan kesetiaan pada Kekaisaran China yang dianggap sebagai pelindung Kerajaan Sriwijaya. Gimana, Quipperian? Apakah kamu masih punya pertanyaan yang belum terjawab tentang kerajaan ini? Temukan informasi lengkapnya di Quipper Video, ya. Kamu bisa belajar bareng pengajar profesional dengan rangkuman lengkap, video penjelasan, dan ribuan contoh soal! [spoiler title=SUMBER] Penulis Evita
Gambar2. 14 Peta lokasi Kerajaan Sriwijaya Sumber : Dok. Kemdibud (29) Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan Kerajaan Sriwijaya!
- Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit adalah dua kerajaan terbesar di Nusantara pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Sebagai kerajaan maritim yang besar, kekuasaan Kerajaan Sriwijaya tidak hanya sebatas di Nusantara, tetapi hingga Thailand dan Kamboja. Sementara itu, Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan besar dengan pusat pemerintahan di pedalaman Pulau Jawa, tepatnya di Kitab Negarakertagama, wilayah Majapahit meliputi seluruh wilayah Indonesia saat ini, kecuali Sunda, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaya. Pada masanya, dua kerajaan ini berperan dalam proses intergrasi antarapulau. Lantas, bagaimana peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam proses integrasi antarpulau pada masa Hindu-Buddha? Baca juga Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya Proses integrasi antarpulau Kekuatan politik di dalam tubuh pemerintahan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit berperan penting dalam proses integrasi antarpulau. Integrasi Nusantara pada masa Sriwijaya dan Majapahit terjalin melalui penguasaan wilayah perairan yang disokong oleh kekuatan pada angkatan lautnya. Dengan jalan penguasaan, akan dengan mudah melakukan kontrol pada wilayah perairan atau wilayah pesisir. Hal itu merupakan kunci dari keberhasilan Sriwijaya dan Majapahit dalam mencapai integrasi antarpulau di Nusantara. Ada beberapa faktor yang memengaruhi Sriwijaya dan Majapahit mampu melakukan integrasi antarpulau di Nusantara. Berikut beberapa faktor yang dimaksud Baca juga Bagaimana Gajah Mada Dapat Menyatukan Wilayah Nusantara? Komoditas yang menarik Pengaruh budaya seperti China, India, dan Nusantara menjadi salah satu penyebab Sriwijaya dan Majapahit melakukan integrasi. Pengaruh berbagai kebudayaan tersebut membuat banyaknya komoditas dari berbagai wilayah di sekitar Selat Malaka, yang saat itu menjadi pusat perdagangan internasional. Jalur perdagangan tersebut semakin berkembang pesat seiring berjalannya waktu hingga mampu menghubungan perdagangan di Laut Jawa hingga perdagangan yang paling terkenal dari zaman kuno Hindu-Buddha hingga masa kedatangan bangsa Eropa selalu sama, yaitu rempah-rempah. Baca juga Jalur Rempah Nusantara, Jalur Kemakmuran Dunia Peta Politik Perkembangan perdagangan internasional memicu tumbuhnya berbagai macam kerajaan di wilayah Sumatera maupun Jawa. Kerajaan-kerajaan yang berdiri mau tidak mau harus saling sikut, atau bekerja sama untuk mendapatkan pengaruh guna mengontrol jalur perdagangan. Kerajaan yang kuat akan memaksa kerajaan yang lemah untuk tunduk dan mengakui kedaulatannya melalui cara damai ataupun ekspedisi militer. Sriwijaya dan Majapahit mampu menguasai wilayah yang luas di Nusantara berkat kekuatan politik dan militernya. Selain melalui kekuatan politik dan militer, kekuatan dagang, budaya, dan bahasa juga berperan dalam proses integrasi wilayah Nusantara. Baca juga Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim? Kerja sama Hubungan yang terjalin antara pusat kekuasaan dan daerah adalah berupa hak dan kewajiban yang saling menguntungkan. Pusat akan menerima hak berupa upeti dari kerajaan bawahannya, sedangkan daerah bawahannya akan mendapat perlindungan dari kerajaan pusat. Namun, apabila mendapat ancaman, kerajaan kecil mampu melepaskan diri dan menjalin kerja sama dengan kerajaan lain dalam hubungan hak dan kewajiban tersebut. Pada masa kejayaannya, Sriwijaya dan Majapahit mampu menjadi kerajaan besar yang membawahi berbagai kerajaan kecil. Sebagai tanda takluk, kerajaan kecil akan mengirimkan upeti kepada Sriwijaya dan Majapahit. Kemudian, sebagai imbalannya, Sriwijaya dan Majapahit berkewajiban untuk memberi perlindungan kepada kerajaan bawahannya. Referensi Ramadhan, Prasetya. 2021. Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527. Yogyakarta Araska. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
. 27144122836312118107249