Khutbah I اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَرَحْمَتُهُ الْمُهْدَاةُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أما بعد، فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ تَعَالَى إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ، اُدْخُلُوْهَا بِسَلَامٍ آمِنِينَ الحجر ٤٥-٤٦ Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia, Walaupun saat ini kita dalam masa pandemi, namun alhamdulillah, pagi ini kita masih diberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan. Meskipun saat ini kita dalam masa-masa yang sulit, tapi alhamdulillah, pagi ini kita masih diberi kekuatan untuk merayakan hari kemenangan yang penuh kebahagiaan. Semoga kita dianugerahi umur yang panjang sehingga dapat kembali menikmati kelezatan ibadah pada Ramadhan yang akan datang. Saudara-saudara yang berbahagia, Banyak sekali hikmah, pelajaran dan makna yang dapat kita petik dari mewabahnya Covid-19. Di antaranya, kita diingatkan untuk selalu bersabar dan bersyukur dalam situasi apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Sabar dan syukur adalah dua senjata bagi seorang mukmin dalam mengarungi kehidupan di dunia. Jika kita tidak menghiasi diri kita dengan sifat sabar dan syukur dalam situasi seperti ini, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kerisauan, kepenatan, kesusahan, dan kesedihan. Sebaliknya, jika kita tanamkan sabar dan syukur dalam hati kita, maka kita akan meraih ridha Allah dan pahala yang besar di kehidupan akhirat. Mewabahnya virus ini juga mengingatkan bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Hanya dengan makhluk yang sangat kecil itu, banyak orang menjadi tak berdaya. Banyak orang jatuh sakit. Bahkan banyak orang meninggal dunia. Hal ini seakan mengikis habis kesombongan pada diri manusia. Manusia itu makhluk lemah yang memiliki banyak keterbatasan. Tidak selayaknya ia menyombongkan dan membanggakan dirinya. Menyebarnya virus ini juga mengingatkan kita akan kematian. Manusia pasti akan mati. Manusia tidak selamanya hidup di dunia ini. Semuanya pasti akan berakhir dengan kematian. Tidak seorang pun dapat memajukan kematian atau memundurkannya barang sesaat pun. Kematian adalah pintu yang akan dimasuki oleh setiap insan. Ajal tidak akan meminta izin kepada orang muda yang sehat. Maut juga tidak akan permisi kepada orang tua yang sakit-sakitan. Maut akan menjemput seseorang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Virus ini adalah satu di antara sekian sebab kematian manusia. Menjalarnya virus ini juga mengingatkan kepada kita akan arti penting dari ilmu agama. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan mampu menggali hikmah dari suatu kejadian. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan dapat bersabar dan bersyukur sebagaimana mestinya. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan mampu menyikapi musibah sesuai tuntunan syariat Islam. Hadirin yang berbahagia, Kita bersyukur kepada Allah karena telah dianugerahi kekuatan untuk menuntaskan ibadah puasa dan berbagai ibadah lainnya selama bulan Ramadhan. Setiap kali selesai menuntaskan suatu ibadah, seorang mukmin yang baik akan berharap-harap cemas. Berharap ibadahnya diterima oleh Allah. Dan cemas, jangan-jangan ibadah yang telah dilakukan tidak diterima oleh-Nya. Harapan itu akan memotivasinya untuk terus melakukan ibadah sehingga ia bisa menghimpun bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat. Sedangkan kecemasan dan kekhawatiran itu akan mendorongnya untuk terus beribadah, karena ia tidak tahu ibadah mana yang diterima oleh Allah ta’ala, apakah ibadah yang telah dikerjakan ataukah ibadah yang akan dilakukan. Saudara-saudara yang berbahagia, Setelah hak-hak Allah kita tunaikan selama Ramadhan melalui ibadah-ibadah yang kita lakukan, tibalah kini waktu untuk memenuhi hak-hak sesama hamba. Hari raya adalah salah satu momen yang tepat untuk mempererat tali silaturahim dan memperkuat hubungan persaudaraan sesama muslim dan sesama anak bangsa. Musim pandemi janganlah menghalangi kita untuk bersilaturahim. Karena silaturahim bisa dilakukan dengan berbagai cara. Jika tidak memungkinkan dengan bertemu fisik, maka bisa diganti dengan pertemuan secara daring. Silaturahim juga dapat dilakukan dengan saling bertegur sapa dan menanyakan kabar melalui sambungan telepon. Di musim pandemi covid-19 ini, kita memang dianjurkan untuk menjaga jarak fisik. Akan tetapi jarak sosial tidak boleh renggang. Jarak persaudaraan harus tetap dekat. Jembatan penghubung antar kerabat harus tetap dibentangkan. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Dalam Shahih Ibn Hibbban dari hadits Abu Hurairah radliyallahu anhu, ia berkata Wahai Rasulullah, beritahulah aku tentang sesuatu yang jika aku kerjakan, maka aku akan masuk surga. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda أَطْعِمِ الطَّعَامَ وَأَفْشِ السَّلامَ وَصِلِ الأَرْحَامَ وقُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلِ الْـجَنَّةَ بِسَلاَمٍ رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ Maknanya “Berikanlah makanan, sebarkanlah salam, sambunglah tali silaturahim dan lakukan shalat malam ketika orang-orang tidur, maka engkau akan masuk surga dengan selamat” HR. Ibnu Hibban Hadirin yang berbahagia, Musim pandemi jangan sampai membuat kita memutus tali silaturahim. Jangan sampai keluarga dan kerabat kita, merasa kita tinggalkan dan kita abaikan. Walaupun di masa pandemi, kita tetap jaga hubungan baik dengan mereka. Kita jaga hubungan baik itu dengan cara membantu mereka di kala mereka butuh bantuan. Kita beri utang mereka jika butuh utangan. Kita kunjungi mereka jika memungkinkan. Jangan tunggu mereka berbuat baik kepada kita lalu kita balas kebaikan mereka. Jangan tunggu mereka mengunjungi kita lalu kita balas kunjungan mereka. Jangan tunggu mereka menyapa duluan lewat sambungan telepon baru kemudian kita balas menyapa. Kita dahului mereka dengan itu semua. Karena ini adalah kebaikan yang pahalanya besar. Jadilah orang yang pertama kali melakukannya. Kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Menyambung silaturahim adalah salah satu kewajiban dan memutus silaturahim termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda لَا يَدْخُلُ الْـجَنَّةَ قَاطِعٌ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ Maknanya “Tidak akan masuk surga bersama orang-orang yang lebih awal masuk surga orang yang memutus silaturahim HR. Al-Bukhari dan Muslim Hadirin yang berbahagia, Termasuk silaturahim adalah membantu kerabat kita ketika mereka dalam kondisi membutuhkan, terutama dalam situasi pandemi seperti saat ini. Dalam hadits disebutkan مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَزِّي أَخَاهُ بِمُصِيبَةٍ إِلا كَسَاهُ اللهُ سُبْحَانَهُ مِنْ حُلَلِ الكَرَامَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه Maknanya “Tidaklah seorang mukmin menghibur saudaranya karena musibah yang menimpanya, kecuali Allah akan mengenakan kepadanya pakaian-pakaian kemuliaan di hari kiamat” HR Ibnu Majah Janganlah kita menganggap silaturahim sebagai beban. Jangan pula berpikir bahwa silaturahim hanya akan menambah kesusahan yang sedang kita rasakan. Bahkan sebaliknya, hadirin sekalian, dengan sebab silaturahim itu Allah akan angkat kesusahan dari kita dan melapangkan rezeki kita. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَنْ سَرَّهُ أنْ يَمُدَّ اللهُ في عُمُرِه وَيُوَسِّعَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ وَيَدْفَعَ عَنْهُ مِيْتَةَ السُّوْءِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ رَوَاهُ الْحَاكِمُ فِي الْمُسْتَدْرَكِ Maknanya “Barangsiapa menginginkan dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan diselamatkan dari kematian yang buruk oleh Allah, maka hendaklah ia sambung tali silaturahim dengan kerabatnya” HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak Hadirin yang berbahagia, Kepada selain kerabat dan keluarga juga kita lakukan hal yang sama. Kita jadikan hari raya sebagai mementum untuk mempererat hubungan kita dengan tetangga, teman, kolega, dan seluruh lapisan masyarakat. Saling bermaaf-maafan harus menghiasi hari raya kita. Yang lalu biarlah berlalu. Kita maafkan kesalahan orang lain kepada kita. Kita adalah saudara-saudara sesama Islam. Kita adalah bersaudara sesama anak bangsa. Di akhirat kelak, janganlah kita termasuk mereka yang membawa pahala shalat, puasa, dan berbagai ibadah yang lain, sekaligus juga membawa dosa yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Yaitu mereka yang berbuat zalim kepada orang lain dan belum sempat meminta maaf atau kerelaan darinya sampai ajal tiba. Merekalah orang yang bangkrut sebangkrut-bangkrutnya di akhirat kelak. Pahala mereka akan diambil dan diberikan kepada orang-orang yang mereka zalimi. Jika tidak cukup, maka dosa-dosa orang yang mereka zhalimi akan diambil dan ditimpakan kepada mereka lalu mereka dilemparkan ke api neraka. Na’udzu billahi min dzalik. Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أما بعد فَأُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى تَمَامِ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، وَأَتْبِعُوا رَمَضَانَ بِصِيَامِ سِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ، لِيَكُونَ لَكُمْ كَصِيَامِ الدَّهْرِ وَصَلِّ اللهُمَّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا أَمَرْتَنَا، فَقُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ، اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto
Tentunyakhutbah berbahasa daerah akan dipergunakan khususnya khutbah Idul Adha dalam bahasa bugis ini dapat dipergunakan khususnya yang pen Kumpulan kata kata ucapan Selamat Hari Ibu terbaru 2017 Trinepinesin Blog | Hari ibu merupakan hari di mana kita memperingati Peran seorang Ibu dalam keluarga mulai dari mengurus Suami dan anak an
Khutbah Idul Fitri 1444 H kali ini mengingatkan seluruh umat Islam untuk kembali merenungkan makna Idul Fitri sebagai momentum kebahagiaan dan juga introspeksi diri betapa kecilnya kita di hadapan Allah swt. Kita harus menyadari bahwa kita adalah makhluk yang harus selalu ingat dari mana berasal dan akan kemana kita kembali. Dengan kesadaran seperti ini semoga kita akan semakin dekat kepada Allah swt dan menjadi hamba yang taat menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Teks khutbah Idul Fitri berikut ini berjudul " Khutbah Idul Fitri 1444 H Renungan Suci di Hari yang Fitri". Untuk mengunduh dan mencetak naskah khutbah Idul Fitri ini dalam format PDF, silakan klik di sini. Semoga bermanfaat! Redaksi اللهُ أَكْبَرُ ×٣ اللهُ أَكْبَرُ ×٣ اللهُ أَكْبَرُ ×٣ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah Alhamdulillahirabbilalamin menjadi kalimat yang paling tepat kita ucapkan pada momentum mulia di pagi hari ini. Pasalnya, Allah masih terus mengalirkan nikmat yang tidak bisa kita hitung satu persatu di antaranya nikmat kesehatan sehingga kita bisa hadir dan menikmati kebahagiaan Idul Fitri bersama orang-orang yang kita cintai. Banyak dari saudara-saudara kita yang tidak bisa merasakan aura dan kebahagiaan lebaran karena sakit atau sudah dipanggil terlebih dahulu oleh Allah swt untuk menghadap-Nya. Semua ini harus kita syukuri agar kita tidak termasuk dalam golongan orang yang kufur nikmat dan juga menjadi orang-orang yang menyesal karena nikmat-nikmat ini dicabut oleh Allah swt. Kita mampu merasakan penting dan manisnya nikmat Allah, ketika nikmat itu sudah tidak lagi bersama kita. Seperti anugerah kesehatan yang kita rasakan saat ini, akan semakin terasa nikmatnya ketika sakit sudah menghampiri kita. اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah Pada kesempatan kali ini, mari kita juga terus menguatkan ketakwaan kita kepada Allah swt yang merupakan tujuan utama sekaligus buah dari perintah puasa di bulan Ramadhan. Sebagaimana ditegaskan dalam ayat Al-Qur’an yang sangat masyhur tentang perintah puasa yakni يٰٓاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Al-Baqarah183. Sehingga bisa dikatakan bahwa hari ini, setelah kita melaksanakan ibadah puasa dengan iman dan kepasrahan diri kepada Allah, maka sikap-sikap ketakwaan sudah seharusnya bersemayam dalam diri kita. Sikap itu di antaranya adalah keteguhan hati untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah Momentum Idul Fitri kali ini juga menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk mengumandangkan takbir sebagai wujud mengagungkan Allah swt. Allah lah dzat yang paling besar. Tidak ada yang lebih besar dari-Nya. Allah lah yang paling berhak atas segala apa yang terjadi di alam semesta, termasuk apapu yang terjadi pada diri kita. Kita adalah makhluk-Nya yang lemah tiada daya. Makhluk yang diciptakan dari tanah yang proses penciptaannya memberikan pelajaran mendalam bagi kesadaran tentang siapa kita, di mana kita, dan akan kemana kita. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 12 وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ Artinya, “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati yang berasal dari tanah.” Kemudian dilanjutkan dengan ayat 13 ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ Artinya “Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh rahim.” Selanjutnya Allah swt menjelaskan keagungan dan kekuasaan-Nya memproses terbentuknya jasad dan ruh kita dalam ayat 14 ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَۗ Artinya “Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung darah. Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta.” اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah Tiga 3 ayat ini menyadarkan kita untuk kembali merenungkan betapa agung-Nya Allah swt dan betapa lemahnya kita. Jika kesadaran ini kita tanamkan dalam jiwa kita, maka bisa dipastikan kita akan senantiasa patuh dan takut karena cinta kepada Allah swt. Dari 3 ayat ini kita harus menyadari bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Kita berawal dari kondisi yang lemah dan akan kembali menjadi lemah. Kita akan melewati sebuah siklus yang berasal dari tidak ada dan akan kembali kepada ketiadaan kembali. Allah swt berfirman كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ Artinya, “Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan?” QS Al-Baqarah 28. Takbir, tahmid, dan tahlil yang kita kumandangkan dari lisan kita di hari yang fitri ini harus kita tancapkan juga dalam hati kita. Takbir yang membesarkan nama Allah, harus serta merta mengecilkan nafsu dan kesombongan kita. Takbir tanda kebahagiaan Idul Fitri, harus serta merta menjadi tanda perubahan untuk menjaga kesucian ini. Takbir di Idul Fitri ini harus tumbuh dari dalam hati untuk menjadi pujian terbaik bagi penguasa alam semesta. Mari renungkan kembali doa kita saat i’tidal shalat yang setiap hari kita baca رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ Artinya "Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Engkau kehendaki sesudah itu." Doa ini menjadi sebuah pengakuan kita, atas kebesaran Allah yang lebih besar kebesarannya dari bumi dan segala isinya. Doa ini sekaligus harus menyadarkan betapa kecilnya kita di hadapan Allah swt. اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ Karena itu, jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah Mari jadikan Idul Fitri kali ini sebagai renungan suci akan kebesaran Allah swt sekaligus tekad untuk menjaga kesucian diri. Setelah melalui kawah candra dimuka perjuangan dan pendidikan di bulan Ramadhan, kita harus mampu menjadi pribadi yang paripurna setelah gemblengan puasa satu bulan penuh. Dalam puasa, kita diajarkan menahan diri untuk tidak makan dan minum, sehingga setelah puasa jangan lagi kita memakan yang bukan hak kita. Dalam puasa kita terbiasa dengan bibir kering karena kehausan, mata kita sayu karena keletihan, dan perut kita kosong menahan lapar, sehingga jangan sampai ke depan tangan-tangan kita kotor karena berbuat zalim kepada orang lain. Pada Ramadhan kita yang bisa khusyuk dalam shalat, sehingga jangan lagi setelah Ramadhan kita juga khusyuk merampas hak orang lain. Pada Ramadhan, kita lihai membaca ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga jangan sampai kita juga lihai menipu orang lain. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Artinya, ’Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkanlah aku untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula untuk menyingkirkannya.’ HR Imam Ahmad. Mari jadikan Idul Fitri kali ini, Idul Fitri kita yang terbaik, karena kita tidak akan tahu apakah kita akan bisa bertemu dengan Idul Fitri di masa yang akan datang atau tidak. Mari kita saling memaafkan dengan sesama atas segala dosa yang telah kita lakukan untuk semakin menguatkan kesucian kita. Rasulullah bersabda dalam haditsnya الْفَضْلُ فِيْ أَنْ تَصِلَ مَنْ قَطَعَكَ وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ وَتَعْفُوَ عَمَّنْ ظَلَمَكَ رواه هناد Artinya, “Keutamaan adalah bahwa engkau menghubungi orang yang memutusimu, dan engkau memberi orang yang tidak memberimu, dan engkau memaafkan orang yang menganiayamu.” HR Hanaad, Kitab Al-Jami’us Shaghir. Terutama meminta maaf kepada kedua orang tua kita yang telah melahirkan kita ke dunia. Beruntunglah yang masih memiliki kedua orang tua. Mereka adalah jimat yang harus kita jaga. Merekalah yang telah berjasa dalam kehidupan kita dan menghantarkan kita meraih kesuksesan kehidupan di dunia. Bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia, bukan berarti selesai bakti kita kepada mereka. Ziarahilah makamnya. Berdoalah kepada Allah untuk mengampuni segala dosa dan menerima amal ibadahnya. Bukan harta, jabatan, dan materi dunia yang mereka harapkan dari anak-anaknya. Namun untaian doa dan kebaikan para penerusnyalah yang mereka nanti-nantikan di alam kuburnya. Semoga Allah swt menerima doa-doa kita untuk orang tua kita. Amin. Jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah Demikian khutbah Idul Fitri yang mudah-mudahan bisa menjadi renungan suci kita di hari yang fitri ini. Semoga amal ibadah kita selama Ramadhan dan hari-hari selanjutnya akan senantiasa diterima oleh Allah swt. Semoga kita dijadikan golongan orang-orang yang kembali suci dan meraih ketakwaan. Amin. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ الله لِى وَلَكُمْ، وَلِوَالِدَيْنَا وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اللهُ اَكْبَرُ ٣× اللهُ اَكْبَرُ ٤× اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Ustadz H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.Seorang ustaz meninggal dunia saat memberikan khutbah Idul Fitri 1442 Hijriyah di Nagari Magek, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (13/5/2021). Menurut Wali Jorong Kampuang Bawah, Joh Har mengatakan, ustaz bernama Marnias Bahrum (70) itu, tersandar ke belakang mimbar ketika sedang berceramah.Naskah khutbah Jumat kali ini mengajak kepada kita untuk mengingat kembali perihal pentingnya belajar mensyukuri segala nikmat. Dengan ini diharapkan, kita dapat menjadi hamba yang lapang dada, pandai bersyukur, dan tahu berterima kasih kepada orang lain. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كُلّمَا هَلَّ هِلَالٌ وَأَبْدَرَ. اَللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا صَامَ صَائِمٌ وَأَفْطَرَ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَ للهِ الْحَمْدُ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ لِلْعِبَادِ يَوْمَ عِيْدٍ يَعُوْدُ عَلَيْهِمْ فِيْ كُلِّ سَنَةٍ وَ يَتَكَرَّرُ. وَجَعَلَ لَهُمْ صَوْمَ رَمَضَانَ وَأَفْطَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْأَكْبَرُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الشَّافِعِ فِي الْمَحْشَرِ, وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَطْهَارِ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْ مَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَّرَ Jamaah yang dimuliakan Allah swt, Marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah swt yang telah memberikan kita nikmat iman, islam, dan sehat wal afiat sehingga kita dapat melaksanakan shalat Idul Fitri pada pagi hari ini. Shalawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada keluarganya, dan sahabatnya. Semoga, kita semua selaku umatnya mendapatkan berkahnya. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah swt, Hari ini merupakan hari yang mulia. Puncak dari puasa selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan adalah Idul Fitri, hari raya. Semua kita wajib merayakan hari ini. Saking wajibnya, kita dilarang berpuasa di hari khusus ini. Kita sebelumnya juga diwajibkan menunaikan zakat fitrah kepada orang-orang fakir miskin di antara kita. Tidak lain supaya mereka juga dapat merasakan hari raya Idul Fitri dan menikmatinya. Kita juga dianjurkan untuk mengumandangkan takbir pada malam Idul Fitri hingga shalat Ied berlangsung. Ini sebagaimana digariskan Allah swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185 berikut. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ Artinya, “Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar dan yang batil. Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan dia tidak berpuasa, maka wajib menggantinya, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” Dalam kitab Tafsir Al-Bahrul Muhith, Tafsir Fathur Rahman fi Tafsiril Qur’an, Al-Kasyfu wal Bayan fi Tafsiril Qur’an, dan Tafsir al-Qur’an al-Azhim, disebutkan bahwa takbir yang dimaksud pada ayat tersebut adalah takbir yang disunnahkan pada Idul Fitri, sebagaimana diyakini para ulama. Jamaah yang dimuliakan Allah swt, Melafalkan takbir dengan begitu lantang, harus diiringi dengan wujud penghambaan, bahwa Allah-lah yang Mahabesar, kita kecil sekecil-kecilnya, kerdil sekerdil-kerdilnya. Besar kecil bukan semata fisik, kita ukurannya yang kurang dari dua meter, lebar tak lebih dari semeter. Lebih dari itu, kita adalah kecil sebagai makhluk, kecil jiwanya, kecil otaknya, kecil segala-galanya. Dalam arti lain, kita adalah makhluk yang serba terbatas karena saking kecilnya. Dengan merasa diri, bahwa kita ini kecil, wujud penghambaan kita kepada Allah yang Mahabesar sebagaimana dilafalkan kita dalam takbir, tentu akan terus bertumbuh. Allahu Akbar, Allah betul-betul dan satu-satunya Zat Yang Mahabesar. Sementara yang lain, apalagi diri ini, kecil. Maka, sudah sepatutnya, kita menyembah-Nya, mengikuti aturan yang telah ditetapkan-Nya. Jamaah yang berbahagia, Takbir tersebut sebagai bentuk pengagungan kita atas apa yang telah Allah swt hidayahkan kepada kita, apa yang telah Allah swt berikan petunjuk kepada kita. Dan karenanya, kita harus bersyukur. Sebab, tujuan kita merayakan hari raya Idul Fitri ini tidak lain adalah mensyukuri nikmat Allah swt yang tak terbilang itu, khususnya nikmat berupa hidayah iman dan Islam, nikmat kita dapat melaksanakan ketaatan. Sebab, sebagaimana hakikatnya Idul Fitri, kita dikembalikan kepada ke-fitri-an. Fitri berarti kesucian, asal mula kejadian, ataupun agama Islam itu sendiri. Dalam arti, kita kembali kepada agama Islam, kita kembali suci, kita kembali menjadi orang yang bersih tanpa noda-noda dosa. ما من مولود الا يولد على الفطرة وفي رواية على الملة فأبواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه Artinya, “Tidak sekali setiap manusia yang dilahirkan terlahir dalam keadaan suci fitrah atau dalam riwayat lain dalam beragama Islam. Orang tuanyalah yang membuatnya Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.” Jamaah kaum muslimin wal muslimat yang dimuliakan Allah swt, Saban malam di bulan Ramadhan, ada satu juta orang yang dibebaskan api neraka. Di akhir Ramadhan, ada puluhan juta orang lagi yang dibebaskan dari api neraka. Puncaknya adalah pada hari ini, hari raya Idul Fitri. Siapa yang dibebaskan dari api neraka pada hari tersebut, maka baginya kembali ke fitri. Namun, bagi yang tidak, maka itu merupakan bencana dan ancaman berbahaya. Ini juga menjadi hal lain yang patut kita syukuri lagi. Semoga kita menjadi bagian dari jutaan orang itu, orang-orang yang dibebaskan dari api neraka. Jamaah yang berbahagia, Bersyukur bukan sekadar melafalkan kalimat hamdalah, alhamdu lillah. Lebih dari itu, bersyukur berarti melanjutkan ketaatan yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan di bulan-bulan berikutnya. Kita telah melaksanakan shalat tarawih dan witir, hal ini perlu dilanjutkan setelah Isya di hari-hari berikutnya. Tidak ada tarawih, witir tetap disunnahkan. Kita yang telah bisa meningkatkan tadarus Al-Qur’an. Ada yang sudah sekali khatam dalam satu bulan Ramadhan. Ada yang sudah dua, tiga, atau bahkan berkali-kali khatam, perlu diteruskan. Selain terus memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar semakin enak didengar dan sesuai dengan kaidah tajwid, kita juga perlu memperdalam wawasan pengetahuan kita mengenai Al-Qur’an itu, mendalami makna-makna yang dikandungnya. Hal ini agar dapat membentuk perilaku kita lebih baik ke depannya. Sebab, sebagaimana disebutkan dalam kitab Ihya Ulumuddin, bahwa syukur berarti menggunakan kenikmatan sesuai tujuan penciptaannya. Lisan melafalkan hamdalah, hati menyengaja berlaku baik dan menyembunyikannya, dan anggota tubuh lainnya memaksimalkan nikmat-nikmat yang telah Allah swt berikan untuk menjalankan ketaatan, serta takut untuk menggunakan kenikmatan tersebut dalam kemaksiatan. Jamaah yang berbahagia, Puasa juga mengajarkan kita untuk berempati dan simpati kepada saudara-saudara kita yang fakir dan miskin. Tak ayal, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat fitrah. Tentu yang diharapkan tidak selesai di sana, melainkan empati, simpati, dan perhatian kita kepada sesama senantiasa dijaga. Begitulah hakikat kita beridul fitri. Idul fitri bukanlah akhir dari Ramadhan. Idul Fitri justru menjadi momentum pelanjut dari kebaikan-kebaikan yang telah kita torehkan selama bulan Ramadhan. Urusan kita dengan Allah swt memang sudah diampuni. Tetapi hubungan dengan sesama manusia, harus tetap dijaga dengan baik. Karenanya, kita harus memohon dan membuka pintu maaf selebar-lebarnya dengan keluarga, saudara, kerabat, tetangga, dan handai taulan yang kita kenal. Oleh karena itu, jamaah shalat Idul Fitri sekalian, mari kita teruskan perjuangan kebaikan yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan. Kelanjutan itu tidak lain sebagai bentuk rasa syukur kita telah diberikan hidayah dan kemampuan untuk terus menaati perintah-perintah Allah swt. Dengan begitu, tujuan puasa kita semua, yakni agar bertakwa, insya Allah dapat terwujud, jika amalan-amalan baik tersebut dapat kita lanjutkan tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi juga di bulan-bulan lainnya sepanjang tahun, selama nafas masih dikandung badan. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ. Khutbah II اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَعَادَ الْاَعْيَادَ وَكَرَّرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْأَكْبَرُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الشَّافِعِ فِي الْمَحْشَرِ, وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَطْهَرِ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَبِيْبِكَ صَاحِبِ الْوَجْهِ الْاَنْوَرِ وَ عَلٰى أٰلِهِ وَارْضَ اَللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْاِسْلَامَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلَاةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ. Ustadz Syakir NF, alumnus Pondok Buntet Pesantren
. 32613039280208399163